Minggu, 12 Februari 2012

cita-cita kuu !!!

Setiap orang punya cita-cita. Waktu aku kecil pernah ditanya “apa cita-cita mu?”. Sebagai seorang anak kecil yang belum ngerti tentang apapun tentang kehidupan dunia, aku hanya bisa menjawab “dokter”. Hahaha, kalau inget itu mesti ketawa sendiri. Sejak kecil para orang tua selalu mengajarkan kita untuk jadi dokter, atau polisi, guru, tentara, presiden dan lain sebagainya. Mereka ingin anak-anak mereka tumbuh besar dan mendapatkan pekerjaan seperti apa yang mereka ajarkan pada anak-anak mereka waktu kecil.
Aku bercita-cita jadi dokter, minimal bidan lah. Tapi setelah aku besar, aku sadar dan mendapati bahwa aku ngga mungkin jadi dokter, tapi trauma di masa kecil yang menjerat ku sampai dewasa memaksa ku untuk mengakhiri cita-cita ku saat itu juga.
Ketika libur lebaran tiba pergi kerumah eyang itu menjadi sebuah agenda penting. Disaat itulah semua orang-orang tua menginginkan ku menjadi bidan, lalu mengabdi didesa mereka.
“nduk cah ayu, ndang lulus ya, gek dadi bidan, terus ngabdi ning kene”
Bukan satu orang, tapi banyak bahkan semua orang yang mendoakan ku seperti itu. itu terjadi ketika aku masih smp dan sma. Namun setelah bangku kuliah ku pijaki, doa-doa mereka tidak dikabulkan.
Maaf, bukannya aku ngga mau jadi apa yang kalian pengen. Trauma jarum suntik dan darah membuat ku harus memaksa diri ku sendiri untuk membuat doa-doa kalian tidak dikabulkan.
P M R, adalah kegiatan ku untuk menghilangkan trauma itu, namun tetep tidak bisa. Aku masih saja terjebak dengan trauma ku.
Cita-citaku di masa sekarang bukan menjadi dokter lagi. Aku hanya ada tiga cita-cita saat ini
©      Pengen bahagiakan kedua orang tua dan keempat sodara ku
©      Pengen jadi ibu yang baik untuk imam dan anak ku kelak
©      Pengen bisa jadi orang yang berguna di masyarakat (jadi penulis)
Aku ngga pengen lagi jadi dokter. Aku sudah gdhe, aku punya cita-cita yang lebih baik dari sekedar menjadi dokter.

fighting, i can do it !!!


Kemarin, 9 Februari 2012, aku dan beberapa teman kampus memtuskan untuk bersenang-senang tak berguna. Tujuan kami sama, shoping, biasalah cewek semua dan itu sudah hobby bersama.
Disaat beberapa dari mereka sibuk menyibak-nyibak baju dan membuatnya berantakan. Memilih mana yang cocok buat mereka dan tentunya kantong mereka. Aku dan kedua teman ku sibuk masuk ke toko buku.
Aku mencoba untuk memusatkan pikiran ku ke deretan buku-buku yang disusun rapi di etalase toko. Banyak buku-buku yang bagus disana, banyak yang harus dibeli dan dibaca. Aku tertarik dengan salah satu sudut toko itu yang memajang beberapa novel karangan beberapa penulis. Aku mencoba membaca salah satu dari karya itu. Yang ada di otak ku kala itu cuma satu
“kenapa yang lain bisa bikin lebih dari satu, sedangkan aku engga bisa”.
Sumpah, saat itu rasanya pengen ngobrak-abrik tu toko. Aku pengen bisa kayak mereka. Pengen bisa buat sebuah karya yang apik.  Pengen punya buku kayak mereka, pengen buku ku itu dipajang di banyak toko buku di seluruh kota di Indonesia. Pengen karya ku dibaca oleh orang lain, sehingga akan ada banyak masukan dari mereka.
Otak ku berpikir keras bagaimana agar aku bisa jadi kayak mereka. Pengen berdiri di barisan orang-orang yang disebut penulis.