Rabu, 08 Februari 2012

Indrayati beach !!!


Hari itu tanggal, 4 Februari 2012, keputusan ku untuk pergi ke Jogjakarta sudah bulat. Jam 10 pagi aku dan teman laki-laki ku(sebut saja mantan ku) berangkat dari solo. Di perjalanan sudah ngebayangin pengen foto-foto di jalan Malioboro, lalu menghabiskan uang dengan berbelanja macam-macam daster yang nantinya akan aku pakai setibanya di rumah.
Ketika sampai di prambanan, tiba-tiba motor berbelok. Teman saya berkata “Indrayati wae yoh”. Sejenak berfikir bakalan nyaman di sana. Dan saya hanya bilang “ayo”.
Setengah jam setalah dari prambanan, hujan badai datang menerpa tubuh saya. Namun tekad tak menghalanginya. Dengan keadaan basah kuyup saya nekad pergi kesana.
Aku pikir bakalan dekat jaraknya sama prambanan. Tapi sumpahhhhh jauhnya minta ampun. Mana badan, kaki, pantat pada pegel, ditambah saya yang basah kuyup ngga jelas. Temen ku terheindar dari yang namanya basah, dia pakai mantol, sedangkan aku basah kuyup.
Sempet kesel dengan tu orang, itu mantol punyaku, motor juga punya ku. Eh aku malah basah ngga jelas.
Sampai disana, subhanallah bagus banget pantai. Cuma bisa duduk diem di kursi panjang. Aku kedinginan, sumpahh. Menggigil seada-adanya. Dan teman saya hanya bisa ngeliat. Waa, semakin menjadi-jadi marah saya waktu itu.

Bakso menjadi makanan yang saya pilih untuk menghangatkan badan. Dua mangkok bakso + dua the panas = 20.000, APAHHH !!! mahal kali tu makanan.

Jam tiga sore aku pulang, lagi dan lagi saya harus berbasah-basah ria, dan bermain-main dengan air hujan yang turun.

Efek pulang dari indrayati adalah badan panas, meriang, masuk angin, kulit menghitam. Ngga mau lagi-lagi kesana deh, cukup sekali ini.

Dia !!!


Dia, sosok yang ada disana
Dia, makhluk bernyawa yang begitu indah untuk diingat
Pernah suatu ketika dia mencabik-cabik daging yang ada di tubuh saya, namun saya hanya diam terpaku melihatnya.
Dia, sosok mempesona
Dia yang bisa memuat saya tergoncang
Dia yang bisa membuat segala yang saya pikirkan tiba-tiba lenyap seketika
Dia, datang tiba-tiba, seolah dia sudah tau akan takdir ini
Lalu, dia hilang seketika juga, ketika saya sudah memohon dia untuk tetap tinggal

Kini, hanya bekas jejak langkah kaki nya yang tersisa didepan mata saya
Saya ingin mengikuti jejak kaki itu, namun kaki saya terjerat besi tua yang orang sebut dengan takdir.

8 februari 2012


Hari ini, 8 Februari 2012, pikiran saya entah kenapa terbenam antar dua kata, yaitu kuliah dan semester 6. Sumpah rasanya tiap mikir sesuatu ujungnya bakal nyasar ke dua kata itu. aku sudah semester 6, beban berat sudah didepan mata. Padahal baru kemarin ngerasain semester awal, baru ngerasain jadi adik tingkat. Namun kini aku sudah punya dua adek tingkat, mata kuliah yang semua berurusan dengan linguistic karena aku mengambil mainstream linguistic.
Bener-bener bakal berat semester ini, entah kenapa aku mikir seperti itu. Disamping harus kuliah berangkat pagi dan pulang sore, setelah sampai rumah bakal ada tanggung jawab yang aku kudu jalani sampai malam tiba. Belum nanti tugas yang mungkin bakal datenganya bersamaan.
Rasanya tu aku pengen di semester ini, aku pengen bekerja maksimal. Aku pengen rubah cara kerja ku yang lama. Aku pengen berjuang, aku pengen cepet lulus, pengen cepet kerja. Dan aku pengen ada yang menyemangatiku tiap hari entah itu babe atau ibu atau sodara ku bahkan orang lain. Pengen mereka bilang 
“semangat hari ini ya nowul, uda semester 6 ni, cepet lulus ya”.. 
pengen ada yang bilang kayak gitu tiap hari. Sumpah pengen.