Jumat, 27 Januari 2012

tomboy oh tomboy

Aku, Retno Wulandari lahir pada tanggal 29 Februari 1992. Dari sejak kecil sudah mendapati bahwa aku dilahirkan pada keluarga yang ngga subur dengan anak perempuan. Aku punya tiga orang kakak dan satu adik yang semuanya berjenis kelamin laki-laki. Dari sanalah aku memulai kebimbangan apakah aku laki-laki atau seorang perempuan. Aku memang terlahir sebagai seorang perempuan, di akta kelahiran dan ktp ku pun tertulis seperti itu. tapi kenapa tingkah laku dan sifat saya tidak mencerminkan aku sebagai seorang perempuan.

Sejak saya lahir dan akhirnya besar saya banyak mendapat teladan bagaimana menjadi laki-laki yang baik dari kakak-kakak saya. Dari cara berpenampilan maupun berperilaku. Ngga ragu saat semua anak-anak dari ibu dan bapakku berantem, aku ikut andil bagian di dalam nya. Pukulan, jambakan, gigitan sudah umum saya lakukan kepada saudara ku itu.

Pada waktu kecil saya masih belum sadar kalau saya bimbang pada jenis kelamin saya, namun sejak smp dan sma bahkan kuliah menjadi tomboy itu adalah sebuah pilihan yang indah bagiku. Say no buat rok, say no buat ngerawat diri sendiri. Bahkan ketika teman-teman perempuan saya berpidato mengenai make-up yang mereka pakai, aku cukup membicarakan tentang bola.

Aku adalah anak perempuan satu-satunya yang dimiliki bapak dan ibu, jadi alhasil mereka menginginkanku menjadi seorang perempuan sejati. Baju-baju wanita selalu mereka beli untukku. Tapi aku ngga suka, jadi perempuan itu ribet, harus menjadi seorang berbeda tiap kali berhadapan dengan orang lain. Tomboy itu enak, ngga perlu make-up, ke salon, pake baju ketat.

Tapi sejak saya bertemu seseorang di kuliah saya, saya baru menyadari bahwa setomboy apapun kita, kita harus dan kudu tetap menjaga penampilan tubuh kita.