Aku, Retno Wulandari lahir pada tanggal 29 Februari 1992. Dari
sejak kecil sudah mendapati bahwa aku dilahirkan pada keluarga yang ngga subur
dengan anak perempuan. Aku punya tiga orang kakak dan satu adik yang semuanya
berjenis kelamin laki-laki. Dari sanalah aku memulai kebimbangan apakah aku
laki-laki atau seorang perempuan. Aku memang terlahir sebagai seorang
perempuan, di akta kelahiran dan ktp ku pun tertulis seperti itu. tapi kenapa
tingkah laku dan sifat saya tidak mencerminkan aku sebagai seorang perempuan.
Sejak saya lahir dan akhirnya besar saya banyak mendapat teladan
bagaimana menjadi laki-laki yang baik dari kakak-kakak saya. Dari cara
berpenampilan maupun berperilaku. Ngga ragu saat semua anak-anak dari ibu dan
bapakku berantem, aku ikut andil bagian di dalam nya. Pukulan, jambakan,
gigitan sudah umum saya lakukan kepada saudara ku itu.
Pada waktu kecil saya masih belum sadar kalau saya bimbang
pada jenis kelamin saya, namun sejak smp dan sma bahkan kuliah menjadi tomboy
itu adalah sebuah pilihan yang indah bagiku. Say no buat rok, say no buat
ngerawat diri sendiri. Bahkan ketika teman-teman perempuan saya berpidato
mengenai make-up yang mereka pakai, aku cukup membicarakan tentang bola.
Aku adalah anak perempuan satu-satunya yang dimiliki bapak
dan ibu, jadi alhasil mereka menginginkanku menjadi seorang perempuan sejati. Baju-baju
wanita selalu mereka beli untukku. Tapi aku ngga suka, jadi perempuan itu
ribet, harus menjadi seorang berbeda tiap kali berhadapan dengan orang lain. Tomboy
itu enak, ngga perlu make-up, ke salon, pake baju ketat.
Tapi sejak saya bertemu seseorang di kuliah saya, saya baru
menyadari bahwa setomboy apapun kita, kita harus dan kudu tetap menjaga
penampilan tubuh kita.