Senin, 16 Januari 2012

tentang saya

Saya lahir dari sebuah keluarga kecil di sebuah kota kecil yang bernama Solo, kota kecil yang ada di tengah-tengah provinsi jawa tengah yang terkenal dengan keratonnya dan masyarakat yang terkenal masih menjunjung tinggi kebudayaan nenek moyang. Saya bernama Retno Wulandari, banyak nama panggilan untuk saya, dirumah saya ada sekitar tiga panggilan retno, wulan dan terakhir sebloh julukan yang diberikan oleh keluarga saya karena hidung saya yang sangat menarik, saking menariknya sampai tidak kelihatan, ya saya berhidung pesek, saya bangga dengan hal itu. Sejak dari tk sampai sma nama panggilan saya tetap Retno, sedangkan di bangku kuliah saya mendapat tiga panggilan berbeda. Pertama saya dipanggil dengan wulan seperti biasa, yang kedua disebut lala, nama panggilan yang diberikan saya oleh anak-anak Bem entah kenapa harus itu, yang ketiga nama indah yang benar-benar saya sukai yang diberikan oleh dosen grammar saya, nowul, ya nama yang indah kan. Saya dilahirkan dari hubungan lelaki bernama Kirno dan wanita bernama Tuminah. Sebelum saya datang kebumi dan tumbuh besar seperti ini, mereka sudah mendapat tiga orang anak laki-laki yang kelak aku sebut dengan Kakak. 29 Februari 1992, aku lahir di dunia ini pada pukul 6 pagi, tau apa yang special dari tanggal itu ? ya, tanggal itu hanya ada dan tertera di kalender masehi empat tahun sekali, ya dengan begitu aku hanya berulang tahun empat tahun sekali, indah bukan ? aku juga punya adik. Aku satu-satunya nak perempuan yang mereka miliki, karena itulah aku dijaga benar-benar oleh mereka.


Waktu kecil ku habiskan dengan masa-masa indah, banyak teman bermain. Banyak permainan tradisional yang masih membayang di otak saya yang kulakukan dengan mereka. Banyak kenangan indah yang masih saja kukenang sampai sekarang. Aku pernah diminta menjadi patah dalam pesta pernikahan tetangga ku karena saat itu aku dianggap anak yang cantik di daerah itu. Bangga ? ya pasti nya. Masa kecil itu palin indah yang pernah ku rasakan. Aku tumbuh bukan menjadi seorang wanita yang cantik, melainkan menjadi gadis tomboy dengan penampilan yang amburadul. Kenapa semua itu bisa terjadi? Karena aku lahir dan tumbuh ditengan-tengahnya banyak pria, semua anak saudara dari ibu dan bapak adalah pria, keempat saudara ku juga semuanya pria. Ya itu yang membuat saya seperti pria, dan itu masih terjadi sampai sekarang.


Kehidupan pendidikan ku tidak menarik untuk dibahas. Aku bersekolah di TK Pertiwi 5 Surakarta, selama setahun disana aku belajar banyak tentang cara membaca dan berhitung. Banyak kegiatan yang aku lakukan disana, kami, ya kami murid-murid tk tersebut termasuk didalamnya aku yang ikut, banyak foto masa itu yang masih ku simpan. Setelah selama setahun belajar disana aku mulai menginjak bangku sekolah dasar. Aku bersekolah di SD negeri Belik 122 Surakarta, sekolah itu memang luar biasa, walaupun hanya sekolah kecil dan terpencil tapi disanalah aku tumbuh menjadi anak pintar. Aku memang pintar sewaktu sd dulu. Ranking satu itu sudah menjadi makanan setiap pengambilan nilai raport. Nilai saya juga selalu bagus dibandingkan teman-teman lain di kelas saya. Saya sering menjadi murid yang disukai oleh guru-guru saya, bahkan mereka selalu mengandalkan saya disetiap acara yang dilangsungkan. Bangga saat itu. aku juga pernah mengikuti lomba cerdas cermat yang diselenggarakan oleh stasiun radio RRI, walaupun hanya mendapat juara dua dan hanya mendapatkan hadiah berupa mie kering. Tapi itu sebuah kebanggaan yang benar-benar tak pernah saya lupakan. Sering kali aku diajak oleh guru saya untuk mengikuti acara-acara pramuka di kota Solo. Banyak kenangan indah yang terselip di lipatan-lipatan memori otak saya. Setiap pertanyaan dari guru-guru saya selalu saya habiskan, entah kenapa saat itu saya benar-benar pintar.


Aku melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 5 Surakarta, yang terkenal dengan symbol “buto”nya, Entah kenapa harus memakai symbol itu. awalnya saya kaget saat menjadi murid disana, sekolah yang berjendela sangat besar, dengan taman ditenga-tengahnya serta lapangan yang sangat amat luar biasa besar dan banyaknya. Ada kenangan-kenangan indah disana. Aku menenukan teman-teman yang luar biasa. Di smp aku benar-benar beda dengan sd soal pendidikan, aku tidak pinta-pinta banget seperti layaknya jaman sd dulu. Tapi tetap 10 besar selalu mengikutkan namaku disana. Ada banyak kegiatan yang aku ikuti di sekolah itu, dari mulai Seni tari, qasidah, PMR dan Pramuka. Entah kenapa aku suka dengan kegiatan itu, setaip hari harus ku lalui engan pulang sore hari hanya untuk berkegiatan ria disekolah. Menyengangkan pastinya saat itu, disamping harus datang pagi buta pukul 6 pagi karena harus mengikuti jam ke nol yang diberlakukan disekolah itu. Selama Sembilan jam waktu yang kuhabiskan di sekolah, begitu parahnya aku saat itu. pulang sore hari santapan setiap hari. Setiap sore hari ibu selalu siap didepan pintu rumah menunggu saya yang tak kunjung pulang, setelah melihat aku sampai di pintu rumah kata-kata yang indah yang sudah beliau siapkan selalu diluncurkan dari bibirnya. Mulai dari pertanyaan “soko ngendi?”, “ngopo lagi muleh?” dan sebagainya selalu menyambut kepulangan saya. Setiap sabtu seusai pulang sekolah selalu saya habiskan dengan bermain dan menjelajah kota Solo dengan teman-teman saya. Waktu itu saya bukan anak mami yang selalu diantar dan dijemput oleh orang tuanya. Sepeda berwarna biru tua yang dibelikan eyang saya yang menemani dan menjadi saksi bisu semua kegiatan yang saya lalui pada saat itu. pengajian rutin yang digelar sebulan sekali oleh pihak sekolah menjadi ajang saya untuk melirik-lirik kakak tingkat. Entah kenapa saya sudah tertarik dengan lawan jenis sejak waktu itu. bahkan aku mengikuti ajang kegiatan pramuka pun dan menjadi salah satu pengurus hanya untuk mendekati gebetan saya. Hahaha. Lucu memang, tapi itu saya waktu dulu. Ada beberapa guru yang benar-benar menjadi inspirasi saya waktu itu, pak Imanuel, guru matematika saya, beliau benar-benar sosok yang sangat disiplin dan pintar, pak Dirin, guru fisika saya yang membuat saya menyukai fisika, dan pak Bambang atau anak-anak sering menyebutnya dengan pak Be, beliau begitu menyenangkan untuk diajak membicarakan sesuatu, beliau hanya seorang guru olahraga namun pantas sekali beliau menjadi guru bp karena beliau benar-benar mampu berkamuflase kedalam hati setaip muridnya. Akhir dari sekolah itu aku tutup dengan mendapatkan nilai tertinggi di sekolah sewaktu test bahasa inggris. Bangga waktu itu saat semua orang membicarakan saya.


Semua masa indah dan masa kelam waktu remaja aku habiskan di SMA Negeri 6 Surakarta, entah mengapa saya harus terdampar disana. Lagi-lagi saya mendapatkan sekolah yang memiliki lapangan luas, ada apa coba dengan lapangan. Saya tidak pintar, saya juga tidak bodoh waktu sma. Mendapat ranking hanya waktu kelas satu. Aku hanya mengikuti kegiatan PMR, ya sejak awal aku memang tertarik dengan dunia kesehatan. Kegiatan itu hanya berlangsung selama setahun, karena kesibukan yang telah menanti didepan mata. Aku terjebak di dunia ipa di kelas dua dan tiga. Setiap hari aku harus bergumul dengan angka dan rumus. Setiap hari dan setiap waktu aku habiskan dengan mengerjakan pr yang banyaknya bukan main. Praktek dan eksperimen yang setiap hari harus saya lakukan di ruang laboratorium yang letaknya di seberang lapangan yang luas mengakibatkan saya harus menghabiskan waktu hanya untuk menulis dan menulis hasil laporan. Banyak bolpoin dan kertas folio telah saya habiskan hanya untuk menulis laporan hasil praktikum. Menginjak kelas tiga benar-benar membuat saya gila, pulang sore hari karena ada kegiatan les tambhaan yang diberlakukan oleh sekolah untuk murid-murid kelas tiga. Setelah itu harus menghadapi pr yang diberikan oleh guru saya, pr itu tidak hanya satu atau dua melainkan berpuluh-puluh soal dan harus selesai satu hari. What the hell is that. Ulangan sepuluh menit yang diberikan oleh guru matematika saya setiap harinya membuat otak saya semakin ingin keluar dan berpindah ke kepala yang lain. Otak saya sudah tidak mampu menampung semua nya itu. Pusing, panas mendadak, maag kumat, menjadi penyakit wajib yang selalu datang bergantian setiap harinya. Aku juga mendapat teman-teman yang menyenangkan di kelas ipa itu. Banyak kenangan indah yang telah kami torehkan di masa-masa itu. Berdoa bersama dengan tangan bergandengan satu sama lain menjadi acara wajib kami sekelas sebelum meninggalkan sekolah, hal itu telah kami mulai sejak kelas dua. Lucu memang kedengarannya, tapi ada niat baik yang kami selalu doakan bersama “kami masuk bersama, keluar pun juga harus bersama”, dan itu pun membuat kami sekelas lulus, tak ada satu murid pun yang harus mengulang. Indah saat-saat itu, membuat saya sering merindukan hal itu.


1 Agustus 2009 menjadi tanggal yang indah bagi saya, aku terdaftar menjadi mahasiswa Universitas Sebelas Maret di jurusan sastra inggris. Awalnya aku ragu memilih jurusan itu. entah kenapa saat memasukkan nama jurusan aku dengan sangat percaya dirinya memilih sastra inggris sebagai jurusan pertama yang saya pilih. Nasib saya sudah ditakdirkan didunia itu, dunia yang berhubungan dengan bahasa. Aku sekarang sudah semester 6 dan sebentar lagi skripsi akan menghadang. Linguistic aku pilih sebagai mainstream di semester 5 kemarin. Kenapa harus linguistic, kenapa tidak dengan sastra, penerjemahan ataupun American studies, jawaban ku singkat “aku suka linguistic”. Linguistic membicarakan banyak hal tentang bagaimana cara kita mendapatkan bunyi yang sudah ada sekarang, bagaiman sejarahnya, bagaimana pola subject+predicat+object+keterangan itu muncu, bagaimana grammar harus ada. Di linguistic akan membahasnya, dan aku suka itu. Aku suka mengotak-atik sesuatu, dan itu dunia ku. Di bangku kuliah ini aku banyak mendapat pelajaran tentang arti hidup. BEM, ukm yang sengaja aku pilih untuk menjadi ajang pembuktian diri, lagi dan lagi hanya bertahan satu kepengurusan. Sudah banyak kegiatan yang aku lalui bersama teman-teman seperjuangan, seminar, acara didalam fakultas dan lain sebagainya sudah aku pernah alami. Satu hal yang tak pernah aku lupakan, Dusun Binaan, ya disana aku membantu anak-anak di daerah mojosongo untuk belajar. Aku suka kegiatan itu, aku suka saat melihat mereka tersenyum ikhlas dihadapan ku. Aku suka saat mereka menyebut nama ku dan mereka memandangku dengan tatapan seolah mereka menyayangiku. Aku suka saat mereka merengek-rengek meminta ku menjadi pendamping mereka dalam belajar. Aku suka saat mereka berharap aku masih disana mendampingi mereka, namun yang satu itu aku benar-benar kecewa tak bisa mengabulkannya, aku harus bertanggung jawab dengan kegiatan yang lain yang ngga mungkin aku tinggalkan. Kini saat-saat indah itu hanya bisa menjadi kenangan yang masih tersimpan di hidup saya. Saat melihat wajah-wajah polos mereka itulah masa-masa yang indah.
Kehidupan asmara ku memang tak indah untuk diceritakan. Aku tak pernah lama untuk menjalin sebuah hubungan. Tak ada kenangan indah yang perlu diceritakan disini.


Itu secuwil cerita yang bisa saya ceritakan tentang diri saya sendiri. Soal kehidupan pertemanan, asmara, keluarga dan lain sebagainya akan dibahs dichapter selanjutnya. Terima kasih